Sinopsis The Legend Of Jin Yan Episode 1 Part 1 – Untuk menyaksikan lengkap Kalian sanggup cari selengkapnya di goresan pena yang ini. Berikut dongeng episode pertamanya…

Prolog:
Pada tahun ke tujuh Qianning. Pangeran Chu, Xiao Cheng meninggal lantaran penyakit, sehingga istrinya yakni Permaisuri Chu menguasai tanah Chu. Permaisuri Chu mengontrol biar putranya, Xiao Yu mewarisi takhta. Xiao Yu mendapatkan gelar selaku Pangeran Yu. Xiao Yu memiliki kerabat yakni Xiao Qi. Xiao Qi merupakan putra dari selir pertama Pangeran Chu, gelar Xiao Qi merupakan Pangeran Jin.
Permaisuri Chu mengontrol biar putranya, Xiao Yu mewarisi takhta. Xiao Yu mendapatkan gelar selaku Pangeran Yu. Xiao Yu memiliki kerabat yakni Xiao Qi. Xiao Qi merupakan putra dari selir pertama Pangeran Chu, gelar Xiao Qi merupakan Pangeran Jin. Permaisuri Chu mengirim Pangeran Jin ke perbatasan Utara untuk mempertahankan daerah perbatasan atas nama Ayahnya.
Tiga tahun setelah Pangeran Yu mewarisi takhta, kehidupan keluarganya tidak damai, ketiga Permaisurinya meninggal berturut-turut. Desas-desus bencana tersebut banyak beredar di masyarakat.
Pada bulan Mei di tahun ke tujuh Qianning, Ibunda Permaisuri (Permaisuri Chu) mengadakan perjamuan untuk memperkuat keluarga, Ibunda Permaisuri memanggil banyak gadis anggun dari keluarga bermartabat untuk mencari Putri Permaisuri Pangeran Yu yang baru.
——————————————————————————————————————
Kuil Muchen

Di Kuil Muchen sedang berjalan ekspo lentera, seorang cowok terlihat sungguh bahagia berada di sana. Pemuda tersebut merupakan Sujin, ia sedang menyamar selaku pria untuk sanggup pergi rahasia ke kuil tersebut. Sujin merupakan Putri dari Jenderal Wen Buqing dengan Istri sahnya.

Pelayan Sujin (Pelayan An) mengingatkan Sujin untuk secepatnya kembali ke rumah, “Nona, jikalau tertangkap tangan lagi pergi diam-diam, Nyonya akan marah”.
Sujin menolak, ia belum ingin kembali ke rumah, “aku ingin menyaksikan panorama aneh fenomena astronomi yang diramalkan oleh Menteri Astronomi. Ada rumor di penduduk bahwa di ekspo lentera niscaya akan ada suatu keajaiban yang muncul, dan Gunung Guiwu (tempat Kuil Muchen) merupakan tempat terbaik untuk menyaksikan panorama tersebut”.

Pangeran Yu juga pergi ke kuil Muchen, ia menyamar selaku seorang tuan muda.

Pengawalnya (Zhong Li) mengingatkan untuk waspada lantaran di Kuil Muchen terlalu ramai.

Sujin sedang berdoa untuk keluarganya, “harapan pertama ayah sanggup diberi kelangsungan di perbatasan, meredakan pertempuran dan kembali pulang, cita-cita kedua keluarga Wen sanggup kondusif dan tenteram, Ibu diberi umur panjang dan kesempatan abang sanggup tercapai, cita-cita ketiga berjumpa dengan pasangan yang baik, setia bareng selamanya”.


Tepat simpulan Sujin berdoa Pangeran Yu masuk ke dalam Kuil Muchen, Sujin sungguh berkeinginan menyaksikan ketampanan Pangeran Yu. Pangeran Yu cuma sanggup galau menyaksikan seorang cowok (Sujin) yang terus menatapnya.
Kediaman Wen

Nyonya Wen (Ibunda Sujin) memerintahkan pramusaji untuk merencanakan suatu tandu dan memanggil Sujin, ia dan Sujin akan pergi ke ajakan perjamuan Ibunda Permaisuri Chu. Pelayan tahu Sujin tidak ada di kamarnya, sehingga pramusaji gagap menjawab.

Suyu (Kakak Sujin, putri dari selir Wen Buqing) berupaya menenangkan kondisi “Nyonya, Saya memerintahkan Sujin pergi ke kuil untuk meminta doa keamanan untuk Ayah, Sujin mendengar bahwa meminta doa di saat ekspo lentera merupakan waktu yang sungguh baik”.
Nyonya Wen murka mendengarnya, Suyu memohon maaf dan bersedia mendapatkan eksekusi lantaran sudah membiarkan Sujin pergi.

Nyonya Wen kecewa terhadap Suyu, ia padahal berharap Suyu sanggup mengajari Sujin hal yang bagus wacana peraturan dan sopan santun seorang perempuan, bukan terus mendukung Sujin berbuat masalah, “Jika ini hari lain tidak masalah, tetapi hari ini merupakan hari perjamuan Ratusan Buah Ibunda Permaisuri Chu, kalau tidak hadir sama saja tidak mematuhi perintah”.
Akhirnya Nyonya Wen menegaskan pergi ke perjamuan dengan Suyu, tetapi Suyu mesti memakai cadar lantaran ia akan memakai identitas Sujin (meskipun Suyu putri pertama dari Jenderal Wen Buqing, tetapi tetap di pandang rendah lantaran merupakan anak dari selir).
Kuil Muchen

Sujin masih termenung menyaksikan ketampanan Pangeran Yu, pramusaji An menyadarkannya “tuan muda, tuan muda, wajah mu terlihat kotor”.

Sujin terjaga dari lamunannya, “pelayan An, mana sapu tangan”. Pelayan An sibuk mencari sapu tangan, para gadis berdatangan ke arah Sujin dan memamerkan Sujin sapu tangan mereka “tuan muda, kau sungguh tampan”.
Sujin kerumitan menghadapi para gadis yang berebut memamerkan sapu tangan mereka. Sapu tangan pun berterbangan, Sujin berupaya menjangkau sapu tangan yang terbang.

Tidak disangka salah satu sapu tangan jatuh sempurna di depan Pangeran Yu, Sujin yang berlari mengejar-ngejar sapu tangan pun tidak sengaja menabrak Pangeran Yu. Sujin kembali berkeinginan di saat menyaksikan Pangeran Yu dari dekat. Pangeran Yu mengambil sapu tangan tersebut dan mengembalikannya ke Sujin.
Sujin, “Ma..maaf”
Pangeran Yu, “Tidak masalah”

Pangeran Yu kemudian pergi, Sujin terus saja memandangi kepergian Pangeran Yu. Pelayan An menghampiri “Nona, apa anda baik-baik saja”
Sujin, “iya, cepat kembalikan ini pada mereka” sambil menyerahkan sapu tangan ke pramusaji An.

Sujin melihat-lihat sekitar mecari eksistensi Pangeran Yu.
Pelayan An mengajukan pertanyaan “Nona, apa yang anda lihat?”
Sujin sambil tersenyum menjawab “Tuan muda yang tadi mengembalikan sapu tangan, ia sungguh tampan”

Sujin berupaya memanjat pagar dinding. Pelayan An menangkal Sujin “Nona apa yang sedang kau lakukan!!”.
Sujin menginformasikan pramusaji An, “Melihat fenomena Astronomi akan lebih terang dari tempat yang tinggi”

Pangeran Yu masuk ke dalam kuil untuk berjumpa dengan Kepala Kuil Muchen yang merupakan gurunya.
“Guru, ada kekacauan di kerajaan, desas-desus menyampaikan bahwa Ayah meninggalkan suatu wasiat namun seluruh orang di kerajaan tidak sanggup menemukannya, berharap guru sanggup memamerkan pencerahan”.

Guru menyerahkan Plakat Giok Emas ke Pangeran Yu, dibelakang plakat tertulis “Tugas seorang Prajurit merupakan mempertahankan tanah Negara dan kedamaian hidup rakyat”.
Guru tidak sanggup memamerkan pencerahan apapun mengenai wasiat, “Plakat Giok ini hanyalah suatu benda peninggalan mendiang raja”.

Belum simpulan Guru berbicara, tiba-tiba tiba pembunuh melemparkan senjata sempurna mengenai Guru. Pangeran Yu secepatnya mengejar-ngejar pembunuh tersebut.

Pangeran Yu tabrak dengan pembunuh. Namun kian lama, pembunuh kian banyak berdatangan, untung saja Zhong Li secepatnya tiba menolong Pangeran Yu. Pembunuh Guru menjajal untuk kabur, Pangeran Yu secepatnya mengejarnya.


Sujin sedang menikmati panorama dengan duduk di atas pagar dinding, pembunuh melalui di depan Sujin, menyaksikan Sujin pembunuh langsung melemparkan senjata ke Sujin (Pembunuh mengira Sujin selaku ancaman). Untung saja panah tidak mengenai badan Sujin cuma mengenai ikat rambutnya, kesannya Sujin kehilangan keseimbangan sehingga terjatuh dari pagar dinding, sempurna di saat itu Pangeran Yu lewat.

Pangeran Yu pun menangkap Sujin.

Lagi dan lagi Sujin berkeinginan menyaksikan pangeran Yu, ia hingga menghayal sedang berada di atas kapal dan juga di bawah pohon bareng pangeran Yu dengan situasi yang romantis. Khayalan Sujin terbuyarkan lantaran Pangeran Yu menjatuhkannya begitu saja dari kuda.

Pelayan An secepatnya menolong Sujin, “nona, anda baik-baik saja”.
Sujin, “iya, tidak ada masalah”
Pelayan An, “nona, tetapi ada problem sekarang” sambil memberi instruksi terhadap Sujin untuk menoleh kebelakang.
Bersambung ke part 2 ya..
All images credit and content copyright : Tencent Video, WeTV