Tentangsinopsis.com – Sinopsis True Beauty Episode 3 Part 2, Jika Kalian mencari daftar lengkap selengkapnya lihat pribadi di goresan pena yang ini. Sedangkan Kamu juga mesti tahu Episode sebelumnya baca di sini.
Ibu, ayah dan Ju Young lagi sarapan. Ju Young turun. Ibu terkejut menyaksikan riasan Ju Kyung. Ibu bilang, Ju Kyung terlihat menyerupai habis dipukuli.
Ayah memberitahu ibu, riasan Ju Kyung disebut riasan eskimo.
Ju Young : Maksud ayah smokey?
Ibu marah, hapus itu sekarang!
Ju Kyung : Diam! Jangan sentuh aku. Aku akan merusak seseorang.
Ju Kyung pergi.
Ibu kesal, yang benar saja. Tapi ayah malah memberi Ju Kyung semangat.
Soo Ho jalan ke lapangan. Sekolah masih sepi. Ju Kyung tiba dan menyaksikan Soo Ho.
Ju Kyung mengundang Soo Ho keras-keras. Soo Ho berbalik dan memandang tajam Ju Kyung.
Lalu Ju Kyung ingat kata-kata yang didengarnya kemarin dari game yang dimenangkan sang kakak.
“Ketakutan cuma menenteng kehancuran.”
Tiba-tiba, Ju Kyung berubah. Begitu juga dengan gedung sekolah.
Ju Kyung bilang ia sudah kadung menghunuskan pedangnya, jadi ia tak dapat mundur.
Ju Kyung pun berlari ke arah Soo Ho. Dia bilang, bila hingga Soo Ho memberitahu orang-orang menyerupai apa ia tanpa riasan, ia akan….
Ju Kyung melompat tinggi-tinggi sambil mengangkat senjatanya.
Soo Ho menampilkan bando Ju Kyung dan bertanya, apa yang mau Ju Kyung lakukan. Ju Kyung melongo dan ingat lagi kalimat itu bila panik akan menenteng kehancuran.
Mendadak, senjata Ju Kyung hilang dan semua berganti wajar kembali. Ju Kyung pun jatuh ke bawah.
Ju Kyung berlutut pada Soo Ho. Dia minta Soo Ho gak kasih tahu siapa saja bagaimana ia tanpa riasan.
Ju Kyung : Orang yang terlahir rupawan mungkin tidak mengerti, namun saya putus asa. Ini sungguh penting bagiku. Aku memohon padamu.
Ju Kyung menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya, selaku tanda permohonan.
Soo Ho : Haruskah kulakukan? Untukmu? Kenapa? Kenapa saya mesti mendengarkanmu, yang menipuku dengan dua wajah?
Ju Kyung : Kumohon padamu. Biarkan kebaikan hatimu memaafkanku sekali ini saja. Rahasiakan itu dan saya akan menjalankan apa pun perkataanmu.
Soo Ho memerintahkan Ju Kyung berdiri. Ju Kyung bahagia dan merasa Soo Ho menyerupai dewa.
Mendadak, sayap besar timbul di punggung Soo Ho.
Ju Kyung bangkit, namun ia pribadi melongo di saat Soo Ho tanya apa Ju Kyung akan menjalankan semua perintahnya.
Sayap Soo Ho berganti hitam, kemudian menghilang.
Aura kegelapan menyelimuti Ju Kyung seketika. *Lawak amat scene ini.
Hee Kyung ke kedai kopi yang ternyata berada di depan sekolah Ju Kyung. Ia ingat lelaki yang sebelumnya ia lihat, namun ia gak tahu lelaki itu Pak Han, guru adiknya.
Hee Kyung kemudian terjaga dan memarahi mobilnya alasannya sudah menenteng ia ke sana.
Tiba-tiba, kendaraan beroda empat bau tanah datang. Hee Kyung tersenyum menyaksikan pengemudinya. Pak Han! Hee Kyung merasa itu hari keberuntungannya.
Pak Han turun dan menyelediki ban mobilnya yang berasap. Hee Kyung mulai modus. Dia turun dari kendaraan beroda empat dan menawari bantuan ke Pak Han dengan gaya cool. Pak Han bilang ia dapat menghubungi perusahaan asuransi mobilnya.
Hee Kyung tanya, apa Pak Han gak sibuk untuk menunggu. Lalu Hee Kyung mengambil dua kotak perkakasnya dan berlangsung ke arah Pak Han dengan cool nya.
Pak Han sediki takut dan pribadi berlangsung mundur di saat Hee Kyung terus saja berlangsung padanya.
Hee Kyung : Jangan cuma berdiri di sana dan keluarkan ban serepmu.
Pak Han mengambil ban serapnya, namun ban serapnya malah menggelinding seenaknya ke tengah jalan.
Sementara Hee Kyung udah pakai sarung tangan dan siap melepas ban kendaraan beroda empat Pak Han.
Pak Han mengejar-ngejar ban mobilnya sambil minta maaf ke Hee Kyung.
Setelah sukses mendapat ban nya, ia bergegas menggelindingnya ke Hee Kyung.
Hee Kyung menyaksikan itu, sukar dipercaya. Bolehkah seseorang semanis itu?
Hee Kyung berdiri, belum pernah mengubah ban?
Pak Han : Belum. Aku jarang mengendarai mobilku.
Hee Kyung pun bergegas melepas ban.
Pak Han terkagum-kagum menatapnya.
“Kekuatan sebesar itu dari pergelangan tangan ringkih itu? Sungguh mengesankan.” ucapnya dalam hati. *Bahkan guru Ju Kyung pun lawak.
Soo Ho dan Ju Kyung masuk ke kelas bersama.
Soo Ho duduk duluan dan menyipitkan matanya alasannya silau oleh terik matahari.
Ju Kyung yang menyaksikan itu, pribadi memukau gorden.
Ju Kyung : Matamu tidak perlu menderita. Permisi.
Ju Kyung balik ke mejanya. Tapi begitu duduk, ia bergumam.
“Semoga ia cukup mengasihaniku untuk tidak menginformasikan siapa pun.”
Ju Kyung kemudian menoleh ke Soo Ho, namun lelaki berhati dingin itu…
Soo Ho secara tiba-tiba memandang Ju Kyung. Ju Kyung terkejut dan pribadi kasih jempolnya ke Soo Ho.
Soo Ho cuek. Tapi begitu mengalihkan pandangannya ke jendela yang gordennya udah ditarik Ju Kyung, ia malah tersenyum. Tapi Ju Kyung gak menyaksikan senyumnya.
Pak Han dalam perjalanan kembali setelah berbelanja dua kopi. Ia kemudian menyaksikan sampah kacau dan memungutnya satu per satu. Hee Kyung yang masih mengubah ban, tersenyum melihatnya.
Pak Han menampilkan satu kopinya ke Hee Kyung dan minta Hee Kyung meminumnya selagi bekerja.
Hee Kyung berdiri dan meminum kopinya.
Pak Han kepincut memandang Hee Kyung yang lagi minum kopi.
Selesai meneguk kopinya, Hee Kyung tanya, apa Pak Han guru di Saebeom.
Pak Han bilang iya dan mengajak Sastra Korea.
Hee Kyung : Sudah kuduga bukan guru sains atau matematika.
Hee Kyung lanjut merapikan perkakasnya.
Hee Kyung : Omong-omong, kendaraan beroda empat ini sudah bertahun-tahun, tidak dijual. Kau menggemari kendaraan beroda empat klasik?
Pak Han : Sebenarnya, tidak. Bukan begitu. Ini kendaraan beroda empat pertama yang dibeli ayahku pada tahun 1995. Aku merasa menyingkirkannya akan meniadakan ingatan yang kami buat dengan kendaraan beroda empat ini alasannya itu sesekali saya membawanya keluar. Tapi ini cukup menyusahkan. Kurasa ini juga akan memperbesar satu halaman di buku kenanganku.
Hee Kyung : Aku tidak mau. Aku lebih senang jadi yang pertama dalam ingatan seseorang.
Pak Han takjub dengan kalimat Hee Kyung. Dia merasa itu kalimat yang bagus. Tapi kemudian ia terkejut dan tanya apa maksud Hee Kyung dengan ‘yang pertama’.
Hee Kyung gak menjawab dan bilang ia sudah selesai. Lalu ia berdiri dan Pak Han mau balas budi. Hee Kyung pribadi minta ditraktir makan. Lalu ia minta nomor Pak Han dan menampilkan ponselnya.
Pak Han agak terkejut, namun ia memasukkan nomornya ke ponsel Hee Kyung.
Tapi di saat mau ngembaliin ponsel Hee Kyung, tangan mereka gak sengaja bersentuhan. Pak Han terkejut dan pribadi memukau tangannya.
Pak Han bilang kesetrum.
Hee Kyung semakin frontal.
Hee Kyung : Saat terjadi percikan lagi, kita akan menjalin hubungan.
Pak Han kaget, apa?
Ponsel Hee Kyung bunyi.
Hee Kyung : Halo? Tentu, saya akan secepatnya ke sana.
Lalu Hee Kyung menanyakan nama Pak Han.
Pak Han : Han Joon Woo.
Hee Kyung : Telepon saya kapan-kapan, Han Joon Woo-ssi. Dan pertimbangkan wacana permulaan itu.
Hee Kyung mengambil perkakasnya dan pergi.
Pak Han terus memandang Hee Kyung dan merasa menyerupai sedang disihir.
Hari itu kelas lagi pelajaran sejarah. Guru tengah mengambarkan wacana ekonomi di permulaan Dinasti Joseon.
Ju Kyung gak semangat dengerinnya. Mendadak, SMS Soo Ho masuk ke ponselnya. Soo Ho bilang ia haus.
Ju Kyung pribadi berdiri, hingga mengejutkan seisi kelas.
Guru tanya, ada apa.
Ju Kyung akal-akalan sakit perut dan minta izin ke toilet.
Guru mengizinkan. Dan Ju Kyung pribadi lari keluar.
Setelah Ju Kyung pergi, bawah umur pribadi tertawa.
Guru : Jika hidup dalam masa Dinasti Joseon, ia tidak akan disebut wanita. Tapi zaman kini itu tidak masalah.
Guru kemudian teriak ke Ju Kyung.
“Tunggu bapak. Bapak juga mesti pergi.”
Bersambung ke part 2…