Sinopsis Unsung Cinderella: Midori, The Hospital Pharmacist Episode 5 Part 3 – Untuk membaca daftar dari sinopsis lengkap, Kalian eksklusif saja lihat di goresan pena yang ini. Sedangkan kalau ingin tau akan episode yang kemudian sanggup cek Episode sebelumnya baca di sini.
Aihara kelihatannya mencari opini kedua. Ia mencaritahu dari Kariya.
Kariya : Ganja medis senantiasa menyediakan kesan seseorang berada di stadium simpulan dan tidak sanggup disembuhkan tetapi selain menyingkirkan rasa sakit membiarkan hari terakhir pasien menjadi tenteram juga pengobatan.
Aihara : Aoi menyampaikan hal yang serupa kepadaku. Kupikir beliau begitu dingin.
Kariya : Kaprikornus kau berpikir begitu? Aoi niscaya juga sudah makin dewasa.
Aoi berjumpa Juri dan ayahnya.
Aoi : Nasi goreng?
Juri : Kakek ingin makan nasi goreng.karena itu saya ingin menyediakan impian kakek.
Suzho : Aku akan menentukan nasinya lembut. Aku juga akan menentukan untuk meminimalisir bumbu.
Juri : Ku mohon Aoi.
Aoi terlihat galau. Aoi teringat catatan di buku kakek yang ingin makan nasi goreng.
Juri menenteng kakeknya jalan jalan.
Juri : Karena berada sempurna dibelakang RS dokter Hatara mengijinkanmu meninggalkan RS.
Kakek : Begitu rupanya.
Suzho : Hey maaf menghasilkan ayah menanti ini nasi goreng dan pangsit eksklusif dari panci nyan nyan Tei. Ayah Juri tetiba muncul.
Kakek : Apa yang terjadi?
Juri : Setelah berdiskusi dengan Aoi dan kafetaria di RS.kami memperoleh ijin untuk memakai dapur.
Kakek : Benarkah?
Suzho : Masakan Tiongkok mesti disantap selagi masih panas. Bukankah itu yang ayah katakan kepadaku? Selamat menikmati.
Kakek menikmatinya : Sesuai praduga ini lezat. Ayah Juri tertawa senang.
Sekarang saatnya pertarungan bisbol pertama antara departemen farmasi RS Yorozu dan Apoteker swasta lokal. Aoi rekan rekannya berbaris di depan keluarga tatsukawa. Mereka pun unjuk kebolehan bermain bisbol.
Hakaru bermain pertama tetapi ia berlari sungguh lambat. Aihara yang kedua tetapi beliau nggak sanggup menghantam bola yang dilempar Onozuka. Yang ketiga Aoi. Aoi akan melaksanakan drop ball tetapi Onozuka melempar bolanya terlalu pelan dan kena lengan Aoi hingga bolanya menggelinding. Aoi protes tetapi nggak murka ia pikir onozuka sengaja melakukannnya lantaran Aoi menyaksikan beliau tertawa.
Giliran Seno. Kakek pikir ia terlihat profesional. Seno berhasil menghantam bolanya hingga jauh tetapi ia salah arah di saat berlari. Seno frustrasi. Giliran Kariya, belum sempat menghantam bola malah kepalanya duluan yang terpukul bola. Aoi tertawa,diam membisu onozukamemperhatikannya.
Terakhir giliran Bu Handa. Ia menghantam bolanya dan terlempar hingga keluar lapangan. Bu handa berhasil melaksanakan home run. Semua orang tertawa dan terlihat bahagia. Mereka melakukan pekerjaan sama menyanggupi impian terakhir Pak Taichi.
Pak Taichi kembali ke kamarnya ditemani shuzo ayah Juri. Suzho membawakan bir untuk ayahnya.
Suzho : Entah apa saya dan juri masih sanggup hidup baik di saat ayah pergi. Entah apa saya sanggup menyadari perubahannya. Aku takut saya tidak sanggup keluarga kita dan restoran.
Kakek : Aku juga
Suzho : Apa?
Kakek : Perasaan gelisah tidak akan hilang dalam waktu dekat. Karena beliau hal yang paling bermanfaat bagimu. Dia juga bilang terhadap ayah bahwa beliau mencemaskanmu. Ayah tidak berhak berkomentar. Kita sungguh menyerupai lantaran kita ayah dan anak.
Kakek melempar bola bisbolnya terhadap ayah. Begitu sebaliknya ayah melemparnya kembali ke kakek. Hal itu terus berulang ulang.
Kakek membayangkan di saat ia masih muda. Dia dan ayah Juri di saat masih anak anak sedang bermain bisbol. Suzhomelempar bolanya dengan baik dan kakek menangkapnya.
Kakek : Ayah sungguh senang hari ini senantiasa menyerupai ini. Ayah senang apapun yang terjadi pada hidup ayah. Kakek memandang ayah dan tersenyum, Terima kasih Shuzo. Ayah Juri menangkap bolanya dan memandang kakek kemudian menangis sebentar. Ia berkata lirih, Ayah. Lalu melempar bolanya.
Selanjutnya. Di ruang bikinan steril. Kariya dengan cemas memberitahu Aoi kalau keadaan Pak Taichi memburuk lagi. Pihak RS sudah memberitahu keluarganya. Aoi tetap damai dan merencanakan resep.
Aihara menegurnya : Kamu tidak akan menemuinya?
Aoi : Pasien sudah usang menunggu. Ini bukan waktu yang sempurna bagi para apoteker.
Bu handa menjamah pundak Aoi pelan : Pergilah.
Aoi : Bu Handa.(Aoi kelihatannya merasa berat hati)
Bu Handa : Aku tidak terkalahkan kini lantaran saya sudah sukses.
Hakura : Ya. Meski kau tidak ada kami masih sanggup melakukannya.
Kudo : Serahkan saja terhadap kami.
Bu handa : Berikan kepadaku. (meminta formulir resep Aoi.
Kudo : Serahkan saja terhadap kami.
Aoi berterima kasih dan minta Aihara pergi dengannya.
Aihara : Tidak…aku tidak melakukan….
Aoi : Ayo…
Di kamar Pak Taichi. Dokter Hatara memberitahu waktu maut Kakek Juri itu. Aoi dan Aihara sudah di sana.
Hatara : Kematian pasien pukul 2.43 sore.
Suzho : Terima kasih dokter Hatara.
Juri mengelus lengan kakeknya dan menangis : Reaksi kami tidak buruk. Terima kasih kakek. Sepertinya Aoi ikut merasa murung ia pun keluar disertai Aihara.
Pak Tatsukawa suzho menyusul mereka untuk berterima kasih atas santunan mereka.
Aoi : Tidak masalah.
Aihara : Aku merasa bersalah. Aku memberitahumu jangan mengalah dan mari bersusah payah bareng tetapi saya tidak sanggup melaksanakan apapun.
Suzho : Aku senang mendengarnya. Sampai jumpa lagi di restoran.
Aoi : Tentu.
Suzho : Sekian untuk hari ini.
Ketika ditinggal Pak Tatsukawa suzho, Aihara meminta maaf pada Aoi.
Aoi : Kamu tidak perlu meminta maaf lantaran sudah bersusah payah untuk Pak Taichi. Aku percaya kau sanggup melaksanakan lebih. Aku kesal saya merasa menyesal. Semua orang sama saja. Yang sanggup kita jalankan yakni terus menimbang-nimbang apa yang sanggup kita jalankan untuk pasien. Tolong jangan lupakan itu Aihara.
Aihara : Baiklah. Aihara pun menangis sesenggukan seorang diri.
Aihara ke ruang kemoterapi. Ada Kariya di sana.
Kariya : Kurasa Aoi yakni orang yang paling bingung.
Aihara : Apa ?
Kariya : Aoi berniat lebih dari sekedar menyelamatkan pasien. Dia ingin menyelamatkan keluarga mereka. Dia pikir itu kiprah seorang apoteker. Karena itu beliau tidak cuma berkonsentrasi pada pengobatan pak taichi. Dia juga menimbang-nimbang waktu yang sanggup beliau habiskan dengan keluarganya. Namun beliau yang paling ingin menyelamatkan pak taichi. Memang sungguh disayangkan.
Aoi ke ruang obat. Seno melemparkan kepadanya suatu bola bisbol kado dari Pak Taichi untuknya. Aoi terlihat sedih. Lalu Aoi masuk ke ruangan kecil.
Ketika rekan rekannya tiba menanyakan Aoi, seno berbohong kalau Aoi sudah pulang.Hakurapikir Aoi murung mereka berniat mengajaknya makan berbekku. Seno ditawari kalau mau ikut tetapi seno bilang beliau merasa pasien dengan influenza meningkat. Mereka semua pulang cepat hari ini. Seno mendorong pelan teman- temannya keluar dari sana.
Seno menyaksikan Aoi dan menutup pintunya biar Aoi sanggup sendiri di sana. Aoi memandang bola dari kakek Juri yang bertuliskan terima kasih. Aoi pun menangis sesenggukan.
Seno meninggalkan Aoi sendiri.Di koridor ia berpapasan dengan Nanao Taku.
Nanao : Andai beliau menjajal obat yang gres didapatkan situasinya sanggup berubah. Sayang sekali. Tolong sampaikan pesan ini pada murid kesayanganmu.
Seno : Aku percaya kau menyarankan memakai obat yang gres didapatkan cuma demi keuntunganmu sendiri.
Nanao : Bersikap skeptip terhadap eksprrimen ini sungguh dihentikan bagi para apoteker. Seno kau yang memandang obat yang gres didapatkan dengan cara negatif.
Nanao tepuk tangan seolah mengejek seno : Bukan salah siapa siapa kalau ibumu tidak sanggup diselamatkan. Itu cuma lantaran obatnya kurang efektif.
Seno terpancing emosinya ia mencengkeram kerah baju Nanao.
Nanao : Kamu akan memperoleh perkara lebih besar kalau memukulku. Seperti yang saya bilang yang menyembuhkan penyakit yakni obat. Bahkan kalau seorang apoteker bersikeras menemani pasien beliau tidak sanggup menyelesaikan perkara apapun. Setelah berkata begitu Nanao melangkah pergi.
Seno berteriak : Yang Aoi jalankan sungguh berarti. Kurasa itu bukan jerih payah yang sia sia.
Aoi pergi ke bekas kamar Pak Taichi untuk menghibur Juri.Aoi duduk dengan menempelkan punggungnya pada punggung Juri.
Aoi : Saat adikku sakit anggota keluarga kami bergantian menjaganya lantaran pengobatan dengan rasa sakit yang disebabkan oleh penyakit beliau senantiasa murka kepadaku.
Kilas balik di saat adik Aoi sakit. Aoi juga masih anak anak di saat itu. Dia dan keluarganya mempertahankan adik Aoi .
“Kenapa saya mesti menderita tetapi kau tidak?”
Orang tuaku,dokter,dan perawat bersusah payah untuk menyelamatkan adikku,aku tidak sanggup melaksanakan apapun.aku bahkan tidak menangis.
Juri : Di mana adikmu?
Aoi : Kami gagal menyelamatkannya. Saat saya duduk di ranjang adikku,apoteker rumah sakit datang. Seperti ini. Aku tidak sanggup menahan air mataku lagi. Saat saya menangis apoteker itu menemaniku tanpa bicara.
Juri : Apa itu alasanmu menjadi apoteker ?
Aoi : Ya. Meski saya tidak sanggup menjadi menyerupai apoteker itu…
Juri : Kamu niscaya bisa.
Aoi menggeleng.
Juri : Aoi Kamu sanggup menjadi menyerupai apoteker itu.
Aoi tersenyum : Terima kasih.
Aoi kembali makan malam di kedai makanan pak Tatsukawa Suzho. Juri membawakan pesanannya.
Juri : Maaf usang menunggu. Ini gratis.
Aoi : Aku senang sekali.
Juri : Itu kata kata terakhir kakek. Kakek menyuruhku mentraktirmu makan.
Suzho : Beritahu saya kalau kau mau tambah.
Aoi : Terim kasih.
Juri : Bukankah ayah sanggup mengolah masakan sesuatu untukku pegawai ayah?
Suzho : Kamu mesti mengolah masakan sendiri sesekali.
Juri : Masaklah untukku,aku cuma dibayar 800 yen perjam. Itu rendah!
Suzho : Saat ayah melakukan pekerjaan untik kakekmu,ayah tidak dibayar sama sekali!
Hak Cipta Pemilik Konten Gambar yakni Fuji TV dan VIU
