Sinopsis Unsung Cinderella: Midori, The Hospital Pharmacist Episode 2 Part 1 -Untuk Kamu yang ingin mengenali daftarnya sanggup cek di goresan pena yang ini. Sedangkan Episode sebelumnya baca di sini. Dari pada ingin tau dan menanti usang yuk simak!

Narasi Aoi. Dia pasien yang dirawat lantaran patah pergelangan tangan kanan.Namanya Pak Omiya Kiyoshi.

Seorang perempuan terlihat sedang menggendong putranya yang sakit sambil mengatakan di telepon.
“ Maafkan aku.jika ada yang sanggup kulakukan dari rumah kau sanggup memercayakan kiprah itu kepadaku.” Menyebalkan sekali katanya.
Narasi Aoi. Ini pasien yang dirawat lantaran radang paru paru mycoplasma. Namanya Yamaguchi Reio.

Semua orang menjalani hidup yang mempunyai arti di luar Rumah sakit dan mereka punya masa depan untuk terus hidup.

Orang yang mau melindungi mereka merupakan para apoteker.
“Departemen Farmasi Aoi “

Kepala Departemen Farmasi Bu Handa Satoko terlihat berlarian di koridor rumah sakit dengan panik.

Di ruang farmasi Aoi sedang merasakan sedikit dua obat berlainan dengan kedua mata tertutup kain dibantu kudo. Hakura dan Aihara memperhatikannya.
Aoi : Yang pertama merupakan alkeran kemudian cefcapene
Kudo : Kamu benar.
Hakura : Hanya ada dua pilihan. Ini cuma kebetulan.
Aoi : Ini bukan kebetulan.Rasakedua obat itu sangath berbeda. Alkeran terasa menyerupai pisang
Sedangkan cefcapene terasa menyerupai strawberry.
Aihara : astaga. Apa kau senantiasa menyerupai inil?
Aoi : Saat obat gres diluncurkan memutuskan aroma dan baunya mesti kita lakukan
Hakura :inilah psikopat…

Kariya Naoko apoteker senior tiba kemudian menegur mereka.
Kariya : Berhentilah bermaiin. Bersiaplah sekarang. Saatnya merencanakan resep untuk pasien rawat jalan. Yang terpenting merupakan cepat dan akurat mudah-mudahan lebih banyak pasien sanggup mendapatkan obat yang tepat. Kamu tidak perlu tahu rasa obatnya.
Aoi percaya itu akan memiliki kegunaan kelak.

Bu Handa masuk ke ruang farmasi masih terlihat panik.
“Dengarkan saya ,aku mendapatkan telepon petugas kendali narkotika dan kementerian kesehatan tenaga kerja dan kemakmuran akan tiba pukul 12 siang. Semua baik baik saja dengan administrasi kita?”
Para apoteker secepatnya mememriksa persediaan obat mereka.

Kariya menilik stok obatnya. Ia minta proteksi Bu Handa untuk mencatatnya.
“Morfin 10 mg 240 batang”

Aihara mengajukan pertanyaan ihwal petugas kendali narkotika, Aoi menginformasikan mereka tiba untuk menilik apakah morfin yang dipakai di RS dikontrol dengan tepat. Pemeriksaan dilaksanakan sekali setiap beberapa tahun.

Bu handa menyaksikan catatan obat obatan.Pil oxycodone porsi 10 mg dan 500 botol. Ada 500 botol. Kariya menilik nomornya benar. Bu handa merasa lega. Jumlah obat di ruang buatan steril itu benar. Hakura bilang mereka juga mesti menilik ruang administrasi anestesi.

Bu handa memerintahkan Kudo danTakahashi untukpergi menilik siapa yang mengambilnya . Kariya protes kepingan itu akan kelemahan orang. Bu handa tahu tetapi ini kondisi darurat. Ia minta bantuannya.
Bu Handa : Semuanya tidak disangsikan lagi ini akan menjadi hari yang berat namun berjuanglah siapa saja di departemen farmasi.
“Baiklah”
Aoi akan ke bangsal. Kariya mengingatkan. “ Hari ini kita tidak mempunyai cukup waktu untuk kau mengatakan dengan semua pasien satu persatu.
“Aku mengerti.”

Aoi dan Aihara ke kamar Pak Omiya Kiyoshi.Tak sengaja mereka mendengar Pak Omiya mengatakan dengan seorang perempuan muda. Pak Omiya bilang ia tak ingin hadir sedang perempuan muda itu bilang ibunya ingin ia hadir di pernikahannya.
Aoi : Permisi. Boleh saya menyela?
Omiya : Ada apa?
Aoi : Aku mengetuk pintu Maafkan aku. Ini kali pertama kita bertemu. Aku aoi apoteker .
Omiya : Apa yang dilaksanakan apoteker di bangsalku?
Aoi : Aku ingin memutuskan obatmu.
Omiya : Obat?
Aoi : Kamu terjatuh dari tangga semalam dan pergelangan tanganmu patah bukan? Kamu bilang tidak minum obat bukan?
Omiya : Benar
Aoi : indeks fungsi hatimu meningkat. Apa kau menjalani perawatan belakangan ini? Atau kau telah minum obat?
Omiya : Aku tidak tahu. Kenapa kamu mengajukan pertanyaan begitu?
Aoi : Apa kau menderita penyakit jangkan panjang?
Omiya : Tidak.

Pak Omiya turun dan berjalan ke segi kawasan tidur. Ia bangun sejenak dan terlihat menahan sakit.
“Ada apa?” tanya Aoi menyerupai tahu.
“Tidak ada masalah.” Katanya kemudian cepat cepat menjangkau suatu dompet dan botol air mineral di atas meja dan pergi ke kamar mandi.
“Pak Omiya itu…”
“Ini cuma alat untuk membasuh wajahku.” Gadis itu juga ingin menahannya. “ Aku belum selesai bicara. Tolong jangan kabur.”
“ Aku cuma perlu ke toilet.”
Aoi mengajukan pertanyaan pada gadis itu, “ “Permisi, kau bersahabat dengan Pak Omiya?”
“Ya. Namaku Shinohara Marie.”

Di dalam toilet. Pak Omiya mengeluarkan obat dari dalam dompet dan meminumnya membisu diam. Dia menelan beberapa pil sekaligus. Terdengar bunyi Aoi
“Apa Pak omoya pernah menderita penyakit parah? Atau ia menjadi kurang sehat belakangan ini.? Kamu mendengar sesuatu darinya?”
“Aku tidak tahu.”
Di dalam toilet sehabis minum obat Pak Omiya mencampakkan bungkusnya ke dalam wc. Suara Aoi lagi.
“Maaf kan aku. Bolehkah saya tahu hubungan antara kau dan Pak Omiya?”
“Pak Omiya..dia sanggup dianggap selaku ayahku.”
“Namun kau memanggilnya Pak Omiya.”kata Aihara.

Tetiba ketiganya menyaksikan dan mendengar para perawat berlarian di koridor lantaran ada seseorang pingsan dan orang yang pingsan ternyata Pak Omiya.
“Tampaknya jantungnya lemah.”
Aoi memungut dompet Pak Omiya yang terjatuh di lantai dan dikala ia buka telah kosong. Aoi mengikuti Pak Omiya yang didorong menuju UGD. Aoi memerintahkan Aihara kembali ke ruang buatan steril. Aoi akan menyusulnya nanti.

Di UGD. Pak omiya secepatnya dikerjakan dokter Takonaya dan para perawat. Aoi dan putrinya memantau dari luar.
“Siapkan intubasi trakea.”
“Kami akan memasukkan jarum ke trakea.”
Marie yang cemas mengajukan pertanyaan pada Aoi. “Apa Pak Omiya akan baik baik saja?”
“Jangan khawatir. Dia kelilingi Tim medis yang sanggup dipercaya. Kami sedang merawatnya.”
“Seno siapkan Amiodarone.”
“Tentu.”
Seno sambil merencanakan obat menyaksikan Aoi yang memantau pak omiya dengan raut muka khawatir.

Di konter obat. Kariya sedang menerangkan hukum minum obat pada pada Nyonya Yamaguchi. Wanita itu menyimak sambil memandang terus layar ponselnya.
“Itu lantaran mycoplasma bukan?”
“Ya.”
“Dia akan diberi resep dengan dua obat. Yang pertama merupakan carbocisteine untuk meminimalisir dahak. Yang kedua merupakan clarithromycin yang merupakan semacam antibiotik. Tolong minum obat dua kali sehari sehabis sarapan dan makan malam.”
“Aku telah mencari di internet ihwal pengaruh samping obatnya. Dia mungkin berhalusinasi atau kehilangan kesadaran.”
“Disesatkan keterangan di internet sanggup sungguh berbahaya. Kemunculan pengaruh samping relatif rendah obat obatan ini cukup aman. Mereka juga biasa diberikan terhadap pasien di rumah sakit. Jangan khawatir.”
“Baiklah” perempuan itu tak berani membantah.
“Tolong jaga dia.”

Aihara menyaksikan itu.
“Dia tidak perlu menyangkal menyerupai itu.ibunya mencari di internet lantaran ia khawatir.” Keluh Aihara.
“Ya. Kariya merupakan sungguh rasional mempergunakan waktu merupakan hobinya.” Sahut hakura.
“Seolah doa hanyalah robot yang mengatasi resep. Dia juga merencanakan resep secara bersamaan.” Lanjut Aihara.
Yang dibicarakan datang.
“Aoi belum kembali?” tanya Kariya.
“Ya.”
“Astaga ia niscaya mencampakkan waktu untuk pasien tertentu lagi. Di mana Kudo dan kawan dekat temannya? Mereka belum kembali dari ruang administrasi anestesi?”
“Mereka cukup lamban dalam hal itu.” Sahut Hakura.
Kariya seolah menyesalkan.

Di ruang administrasi anestesi.
Kudo dan Bu handa.
“Sesuai praduga satu menghilang Bu Handa.” Kudo panik.
“Tolong tentukan lagi.”pinta Bu handa
Kardus dibuka dan satu ampul fentanyl hilang.

Di ICU
“jantung pasien masih berdetak dengan irama tidak teratur. Walau ia disuntik dengan zat antiaritma ini akan memengaruhi hidupnya. Jika situasinya terus berlangsung.” Jelas dokter Toyonaka.
“Kenapa ini terjadi?”tanya Maroe cemas. Dokter Toyonaka tak menjawab ia menoleh pada Seno kemudian pergi.

Seno menerangkan pada Marie, “ Aku Seno apoteker. Kurasa itu sanggup menjadi pengaruh samping dari obat tertentu. Tolong katakan yang sebenarnya. Kamu tahu obat apa yang ia minum setiap hari!
“ Aku tidak tahu.”
“Aku bicara dengan Pak Omiya sebelum ia pingsan. Dia menyembunyikan obat. Namun saya tidak mendapatkan obatnya sehabis ia pingsan. Mungkin ia minum obat dengan cara yang salah di tolilet yang memicu denyut tidak teratur.” Jelas Aoi.
“Kenapa mesti minum obat membisu diam?” tanya marie sedih
“Marie kau tahu alasannya.”
Marie menggeleng.
“Bahkan duduk kendala sepele penting dalam suasana ini. Kamu tahu soal riwayat medis keluarga? Apa ia menderita penyakit belakangan ini?” “Sebenarnya kali terakhir saya melihatnya 20 tahun lalu. Dahulu kami tinggal bareng dikala saya masih SD. Karena ia gagal dalam kariernya ia pergi dari rumah tanpa menginformasikan siapapun. Aku akan menikah. Kekasihku menginformasikan orangtuanya ia harap Pak Omiya busa menghadiri upacara janji nikah kami.Ibuku meninggal lima tahun lalu. Dia bilang kepadaku.

Kilas balik dikala ibu Marie masih hidup.
“ Andai ibu sempat melihatmu memakai busana pengantin jangan lupa memanggil ayahmu. Undang Pak Omiya.”

Marie : Karena itu sehabis pastikan tanggal janji nikah saya mulai mencari Pak Omiya.”
“Kuharap kau sanggup menghadiri pernikahanku.”
“Tidak. Aku tidak mau berjumpa denganmu lagi. Pergilah.”
Marie : Aku berupaya meyakinkannya namun ia bersikeras tidak mau menemuiku lagi. Itu sebabnyabjika ia sakit parah saya tidak tahu apa apa.

Seno : Marie,Emosimu tidak menolong situasinya. Untuk menyelamatkan nyawa pasien kami butuh keterangan darimu.
Aoi : Apapun yang terjadi kami mesti tahu obat apa yang ia minum.

Di UGD Kondisi Pak Omiya.
“Tekanan darahnya 80 per 40.”
“Bersiap untuk elektrokardiografi.”
“Ya.”
“Ini Takikardia ventrikel.”
“Ya.”
Marie dan Aoi menyaksikan dari balik jendela kaca.
“Mungjin kita akan sanggup keterangan jikalau pergi ke rumahnya.” Kata Marie.
Aoi memandang Seno yang mengangguk kepadanya. Minta persetujuan

Di Ruang Produksi Steril.
“Apa yang terjadi di ruang administrasi anestesi?”
“Satu ampul fentanyl menghilang. Dikonfirmasi semalam bahwa jumlahnya benar. Karena itu seseorang mengambilnya antara semalam dan pagi ini.”
“Haruskah kita melaporkannya terhadap direksi?”
“Kudo pergi ke pos jaga untuk menilik siapa yang mengambilnya. Kami akan pastikan sehabis ia datang.”
“Satu ampul fentanyl menghilang.”kata Hakura pada Aihara.
“Itu sungguh besar lengan berkuasa bahkan dikala dipakai untuk pengobatan.”kata Aihara.
“Ya. Efek analgesiknya lima puluh kali jauh lebih besar lengan berkuasa dibandingkan dengan morfin.” Sahut Hakura.”

Bu Handa lagi ketakutan paniknya, ponselnya berbunyi ada telepon masuk. Bu handa jaadi makin panik.Rupanya Aoi yang menelepon.
Aoi : Bu Handa untuk menilik resep pasien tolong izinkan saya meninggalkan rumah sakit.
Bu Handa : Tidak sanggup kita dalam masalah. Kembalilah dan bantu kami. Bu handa menutup telepon.

Aoi pada seno : Tidak ia bilang kita dilarang pergi sekarang.
Seno : Kamu sanggup keluar dengan stempel wakil direktur.
Aoi : Namun saya butuh stempelmu dan stempel Pak Nanao.

Di samping Aoi dan Seno di mana pak Omiya dirawat.
“Tekanan darahnya 64.”
“Tolong carikan saya CA.”
“Ya.”
Seno akan mencari cara ia memerintahkan Aoi Pergi sekarang. Melihat dari kondisi kesehatan Oak Omiya yang kian menurun.

Aoi mengontak Kariya yang sedang sibuk mengangkay kardus besar sambil menuruni tangga.
“Di mana kau sekarang?”
“Untuk menilik resep pasien di ICU saya akan ke rumahnya untuk memeriksa.”
“Haaaah…”
“Permisi,kurasa setidaknya saya mesti memberutahumu.”
“Apa ini yang mesti kau laksanakan sekarang?”
“Aku mesti melakukannya.”
“Aku tidak akan ikut campur. Lakukan sesukamu.”
Percakapan telepon selasai. Aoi minta maaf.

Aoi pergi. Seseorang membisu diam mengawasinya wakil administrator Nanao Taku.

Aoi dan Marie pergi dengan bersepeda ke tempat tinggal Pak Omiya.

Saat mereka gres saja pergi kendaraan beroda empat petugas kendali narkotika tiba di sana.

Bu Handa menginformasikan bawahannya petugas kontrok narkotika datang. Kariya yang gres masuk mengangkat kardus besar juga heran mereka telah datang.
Hakura : Kita belum mendapatkan fentanyl bukan?
Aihara : Apa yang mau terjadi jikalau tertangkap berair ada yang hilang?
Hakura : Itu akan dilaporkan dan polisi akan melaksanakan penyelidikan
Aihara terkejut : Separah itu?
Kariya : Meski untuk pengobatan narkotika tetap narkotika jikalau tertangkap berair kita tidak mengatasi narkotika dengan benar sertifikasi kepraktisan anestesi akan diambil
Hakura : jikalau itu terjadi kita tidak sanggup melaksanakan operasi anestesi.
Bu Handa : Aku akan bertanggung jawab. Katanya sambil memegangi dahinya dan terlihat khawatir.

Kudo masuk kemudian dengan berlari lari.
“Aku tahu siapa yang membuka brankas itu.”
“Siapa “tanya Bu handa.
“Pagi pagi sekali Pak Aragami membukanya.”
Semua memandang ke ruang DI.
All images content or credit copyright VIU , Fuji TV