Tentangsinopsis.com – Sinopsis 18 Again Episode 12 Part 4, Dibaca full list episodenya di goresan pena yang ini gaes. Sedangkan Kamu sanggup membaca dongeng lain yaitu Episode sebelumnya baca di sini.
Da Jung terkejut Ji Hoon mengaku tahu argumentasi dibalik perilaku ajaib Woo Young.
Da Jung pun tanya, apa alasannya.
“Kau sungguh tidak tahu? Anak itu menyukaimu.” jawab Ji Hoon.
Da Jung tak percaya.
“Dia tidak di usia untuk mempertimbangkan sesuatu dan menggemari seseorang.” ucap Ji Hoon.
Bo Bae ke minimarket, menemui Si A. Si A heran menyaksikan Bo Bae yang agak murung.
“Ada apa? Apa terjadi sesuatu?” tanya Si A.
“Apa pendapatmu perihal Woo Young?” tanya Bo Bae.
“Go Woo Young? Apa kamu menggemari Go Woo Young?”
“Aku tidak sanggup menyukainya lagi.”
“Kenapa?”
“Aku menyatakan perasaan dan ia menolak. Woo Young menyukaimu Si A.”
Sontak Si A terkejut mendengar Woo Young suka padanya.
Nyonya Hong sedang menonton drama bareng anak dan cucu perempuannya.
Di drama itu menceritakan perihal lelaki yang menggemari wanita, namun si perempuan gak peka sama perasaan prianya padahal si lelaki sudah sering menampilkan kalau ia suka sama si wanita.
Nyonya Hong sewot sebab si perempuan tak peka dengan perasaan si pria.
“Apa maksudmu kamu tidak tahu? Sudah terang ia menyukaimu.”
Nyonya Hong kemudian melirik Da Jung, benar kan?
Tapi yang dilirik lagi mikirin Woo Young. Dia ingat perhatian Woo Young selama ini.
Dia juga ingat makan malam terakhir kali. Woo Young terus memandangnya dan bilang kalau ia cantik.
Da Jung gak percaya Woo Young menyukainya.
Si A juga lagi mikrin Woo Young. Dia ingat di saat Woo Young memayunginya dan memberinya payung mudah-mudahan ia tak kena flu.
Dia juga ingat di saat Woo Young memotretnya di pensi dan memujinya cantik.
“Jadi, itu semua sebab ia menyukaiku?” batin Si A.
Da Jung dan Si A kemudian sama-sama menghela nafas.
Nyonya Hong heran menyaksikan mereka.
“Ada apa dengan kalian berdua?”
Da Jung ngebatin lagi.
“Apa lebih baik menghindarinya saja?”
Si A juga ngebatin.
“Bagaimana mungkin? Aku berjumpa dengannya setiap hari.”
Da Jung masih ngebatin.
“Tunggu. Kenapa saya merenungkan ini?”
Da Jung dan Si A kemudian sama-sama meyakinkan diri mereka kalau Woo Young gak menggemari mereka.
Pria di drama kemudian berseru, saya menyukaimu bodoh!
Da Jung dan Si A sama-sama teriak, bagaimana bisa!
Nyonya Hong risau sendiri.
“Kenapa kalian berlebihan? Dia jelas-jelas terlihat menyukainya.”
Da Jung dan Si A pamit ke kamar.
Nyonya Hong terkejut sebab Da Jung dan Si A menutup pintu kamar dengan cara dibanting.
Ae Rin dan Deok Jin masih di bar.
Ae Rin memerintahkan Deok Jin mencari perempuan lain.
Deok Jin bilang tak bisa. Dia tak merasa nervous di saat menyaksikan perempuan lain.
Ae Rin gak percaya, astaga. Bagaimana mungkin?
“Itu benar. Aku tidak merasa nervous di saat menyaksikan perempuan lain.” jawab Deok Jin.
“Bagaimana jikalau saya merayumu? Kau akan merelakannya?” tanya Ae Rin.
Deok Jin pun eksklusif memandang Ae Rin.
“Apa saya gila digoda olehmu? Itu tidak akan pernah terjadi.” ucap Deok Jin.
“Begitukah?” tanya Ae Rin dengan pose menggoda.
Ae Rin mengambil pulpen dan kertas kecil dari tasnya.
Lalu ia mulai menulis.
Selesai menulis, Ae Rin kembali memandang Deok Jin dengan pose menggodanya.
“Tapi apa kamu begitu menggemari perempuan itu?”
“Mengatakan saya menyukainya tidaklah cukup. Bu Ok terlalu baik untukku.”
“Ada apa denganmu? Menurutku, kamu cukup jantan.”
Deok Jin kaget, aku?
“Saat kamu menyelamatkanku dari mantan kekasihku, kamu terlihat sanggup diandalkan.”
“Benarkah?”
Ae Rin meremas pundak Deok Jin.
“Itu membuatku berpikir, saya ingin terus bersandar padamu. Kau lelaki yang baik. Percaya dirilah.”
Deok Jin mulai senang.
Ae Rin kemudian dengan sengaja menjatuhkan penanya. Setelah itu, ia bangun dan mengambil pulpennya sembari memasang pose menawan hati di depan Deok Jin.
Ae Rin lantas menampilkan kertas yang sudah ia tulisi tadi ke Deok Jin.
Setelah itu, ia beranjak pergi namun gres beberapa langkah ia berbalik dan memandang Deok Jin pose menggodanya.
Ae Rin dengan arahan tangannya memerintahkan Deok Jin membaca kertasnya. Deok Jin mengerti. Ae Rin pun pergi.
Deok Jin membacanya.
“Jika kamu gugup, temuilah orang lain.”
Deok Jin eksklusif meneriaki Ae Rin, HEI! HEI!
Sampai semua mata hadirin eksklusif memandang ke arahnya.
Pintu lift terbuka. Ae Rin dan Deok Jin sama-sama masuk ke lift. Tapi Deok Jin memandang sengit Ae Rin. Sementara Ae Rin pasang wajah cuek.
“Hei, Chu Ae Rin. Beraninya kamu merayuku.”
“Katamu tidak sanggup merasa gugup. Tapi kamu tertipu.”
“Tidak! Itu tidak benar!” jawab Deok Jin sambil melompat-lompat.
Tiba-tiba saja, lift terguncang dan berhenti usai Deok Jin melompat-lompat.
Ae Rin pun secepatnya memencet tombol intercome.
“Permisi. Liftnya berhenti.”
“Baik. Aku akan secepatnya naik.” jawab petugas.
Lift pun berguncang lagi. Keduanya terkejut, terlebih Deok Jin yang hingga sesak napas. Deok Jin bilang ia punya trauma.
Deok Jin jadinya tak sadarkan diri.
Dengan tangan gemetar, Ae Rin menaruh jarinya dibawah hidung Deok Jin. Seketika ia panic.
“Temanku tidak bernapas! Tolong kami!”
Petugas memerintahkan Ae Rin ngasih napas buatan.
Ae Rin gak mau.
Petugas bilang perlu waktu tiba disana dan minta Ae Rin melakukan CPR sebelum terlambat.
Dengan berat hati, Ae Rin pun memencet hidung Deok Jin dan membuka lisan Deok Jin.
Tapi tetap saja endingnya ia gak sanggup ngasih napas produksi ke Deok Jin.
Ae Rin nangis, Deok Jin-ah. Mianhae.
Tepat di saat itu pintu lift terbuka.
Deok Jin pun siuman namun begitu siuman, ia mendapati dirinya di suatu kawasan tidur besar. Ia kemudian menyaksikan sekeliling dan mendapati dirinya berada di tengah-tengah taman. Bu Ok dengan kostum Putri Yasmin berlangsung ke arah Deok Jin. Deok Jin risau sendiri. Apalagi di saat Bu Ok menghampirinya dan tanya apa ia baik-baik saja. Deok Jin pun bertanya, apa ia sedang berimajinasi atau sudah meninggal.
Bu Ok pun tanya apa maksud Deok Jin dan terus memanggil-manggil Deok Jin.
Ternyata itu memang Bu Ok dan Deok Jin ada di rumah sakit. Deok Jin menyaksikan sekelilingnya. Dia kemudian terkejut dan lekas duduk.
“Bu Ok.”
Bu Ok marah, kamu tahu betapa cemasnya aku?
Deok Jin heran, kamu cemas?
Bu Ok tak menjawab lagi dan memerintahkan Deok Jin berbaring. Dia bilang, dokter memerintahkan Deok Jin istirahat.
“Tapi bagaimana kamu tahu untuk tiba ke sini?”
“Temanmu meneleponku dan bilang kamu secara tiba-tiba pingsan.”
Deok Jin bingung, temanku?
Dan ternyata Ae Rin lah sobat Deok Jin yang dimaksud Bu Ok. Ae Rin bangun di depan pintu dan tersenyum sebab berhasil mempertemukan Deok Jin dan Bu Ok.
Pagi-pagi, Woo Young sudah bangun di depan rumahnya. Tangannya memegang satu paper bag kecil.
Da Jung keluar dan terkejut menyaksikan Woo Young.
Da Jung ngebatin, kenapa ia tiba pagi-pagi sekali?Apa ia sungguh-sungguh di sini sebab aku? Dia gila!
Nyonya Hong keluar menenteng kantong sampah dan terkejut menyaksikan Woo Young.
Woo Young menyapa Nyonya Hong, kemudian mendekati mereka.
Da Jung masih memandang kesal Woo Young dan bicara dalam hatinya.
“Tidak sanggup begini. Aku mesti buat batasan.”
Da Jung dengan juteknya tanya sedang apa Woo Young pagi-pagi di depan rumahnya.
Woo Young pun menampilkan paper bag itu ke Da Jung.
Da Jung tanya itu apa dan kenapa Woo Young menampilkan padanya.
“Ini busana Si Woo yang kupinjam kemarin.”
“Kau tidak perlu membawanya pagi-pagi sekali. Itu merepotkan.”
Melihat perilaku Da Jung yang secara tiba-tiba tidak baik ke Woo Young, Nyonya Hong menegur Da Jung.
“Ada apa denganmu?”
Da Jung ngebatin lagi sambil memandang kesal Woo Young.
“Kau cuma tiba untuk itu? Alasan yang payah.”
Da Jung kemudian bilang kalau ia sudah telat dan bergegas pergi.
Nyonya Hong yang merasa tak yummy sama Woo Young, menjajal menerangkan argumentasi Da Jung marah-marah. Dia bilang Da Jung murka sebab sudah terlambat. Nyonya Hong kemudian memerintahkan Woo Young ke sekolah dan meminta paper bag nya.
Si A keluar dan terkejut menyaksikan Woo Young.
Si A ngebatin juga, ngapain Woo Young disana. Apa Woo Young tiba untuk menemuinya? Si A juga ngatain Woo Young udah gila.
Woo Young senang Si A gak telat kali ini.
Si A jutek, kenapa kamu peduli saya telat atau tidak?
“Kenapa kamu mesti bicara seumpama itu? Itu kejam sekali.” jawab Woo Young.
“Kenapa ia memperhatikan semua perkataanku? Itu berlebihan!” batin Si A.
Si A kemudian pergi dan berlangsung melalui Woo Young sambil berkata kalau Woo Young senantiasa menilai seluruhnya kejam.
Nyonya Hong pun risau sendiri. Dia bertanya-tanya ada apa dengan Da Jung dan Si A.
Si Woo keluar. Si Woo bersikap ramah pada Woo Young. Si Woo minta maaf sebab menghasilkan Woo Young menunggu.
Woo Young bilang sama sekali tidak.
Mereka kemudian pamit pada Nyonya Hong dan beranjak pergi.
Nyonya Hong menyaksikan mereka merasa mereka mirip.
Ae Rin bangun di depan lift. Begitu pintu lift terbuka, ia menyaksikan Deok Jin ada di lift.
Ae Rin masuk.
“Hei, bagaimana dengan perempuan semalam? Berjalan lancar, bukan?” tanya Ae Rin sambil senyum-senyum.
“Tidak? Bagaimana kamu sanggup merusaknya kali ini?” tanya Ae Rin.
Deok Jin bilang bukan seumpama itu.
Ternyata Bu Ok masih menolak Deok Jin. Deok Jin pun penasaran. Dia tanya, kenapa mereka tetap tidak sanggup berkencan padahal Bu Ok mencemaskannya. Bu Ok bilang sebab ia seorang guru, jadi sulit dipercayai ia mengencani wali murid.
Ae Rin yang mendengar dongeng Deok Jin, tak terima. Dia bilang itu gak adil.
“Kau bahkan bukan orang renta sungguhan. Kenapa kamu tidak sanggup menyampaikan yang sebenarnya?”
“Bagaimana caranya? Bagaimana dengan Dae Young?”
Ae Rin kesal namun ia juga memuji kesetiakawanan Deok Jin.
Ae Rin lantas memerintahkan Deok Jin melalaikan Bu Ok.
Deok Jin gak mau, saya tidak sanggup melakukan itu!
“Tidak ada cara lain. Menyerah saja!”
“Aku tidak bisa!”
“Menyerah saja!”
“Tidak! Cintaku tulus!”
Bersamaan dengan itu, pintu lift terbuka dan dua staf Deok Jin udah bangun di depan lift. Mereka terkejut di saat mendengar Deok Jin bilang cintanya tulus.
Deok Jin dan Ae Rin juga terkejut menyaksikan mereka.
Mereka masuk. Lalu mereka sama-sama ngeluarin ponsel dan saling SMS-an. Sementara Deok Jin dan Ae Rin saling menjauh.
“Tidak mungkin! Aku tidak tahu Pak Go sungguh terus terang.”
“Benar sekali. Mereka berdua terlihat serasi.”
“Benar, bukan? Kuharap kekerabatan mereka lancar.”
Deok Jin dan para staf nya rapat.
“Persiapan pesta peluncuran untuk gim gres malam ini berlangsung lancar, bukan?”
“Ya!”
“Semua orang tenar dari media lazim hingga versi gim kita, Ye Ji Hoon, akan hadir. Pastikan semua berlangsung lancar.”
“Ya.”
“Satu hal lagi. Akan ada program penting di pesta malam ini.”
Dua staf nya ingin tau program apa.
Deok Jin bilang pengakuan.
“Aku akan menghasilkan legalisasi yang layak.”
Sontak lah para staff nya eksklusif bersorak.
“Pak Go tidak lagi melajang!”
“Akhirnya kamu punya pasangan!”
Bu Ok lagi main gim di saat ponselnya berbunyi. SMS dari Deok Jin.
“Bu Ok, beri saya peluang terakhir untuk menyampaikan sesuatu. Tolong hadiri pesta malam ini.” pinta Deok Jin di SMS nya.
Bu Ok terdiam.
Malamnya, orang-orang sudah mulai berdatangan ke pesta. Banner Ji Hoon ada dimana-mana dengan caption, ‘Sparta : King of War’. Deok Jin sedang melakukan siaran eksklusif sama seorang perempuan dan minta semua orang mendukung Sparta.
Da Jung tiba bareng Ae Rin. Ae Rin takjub menyaksikan banner-banner Ji Hoon yang ditaruh di depan pintu masuk.
Da Jung memuji Deok Jin. Dia bilang, Deok Jin terang tahu cara mengadakan pesta.
Ae Rin juga ikutan memuji Deok Jin. Dia bilang Deok Jin salah satu yang lebih baik diantara semua pecinta anime.
Ae Rin kemudian menyaksikan kemunculan Ji Hoon.
Ji Hoon datang, dibarengi oleh dua pengawalnya. Begitu ia datang, para perempuan eksklusif menjerit heboh.
“Astaga. Ye Ji Hoon terlihat sungguh memukau secara langsung. Dia sanggup menghancurkan Persia cuma dengan kedatangannya.” ucap Ae Rin.
“Apa ia setampan itu?” tanya Da Jung.
“Kau sering mewawancarai ia dan kamu tidak menyadarinya? Jika ia memakai jubah, ia akan menjadi Leonidas I. Sparta!” jawab Ae Rin.
Da Jung tertawa dan menghantam lengan Ae Rin. Mereka sama-sama tertawa.
Ji Hoon jadinya menyaksikan Da Jung. Ia tersenyum senang menyaksikan Da Jung. Da Jung pun juga tersenyum pada Ji Hoon.
Ji Hoon kemudian beranjak mendekati Da Jung.
“Halo Bu Jung.” sapa Ji Hoon.
“Fotomu terlihat bagus.” ucap Da Jung.
Ae Rin mengulurkan tangannya ke Ji Hoon. Dia bilang ia penggemar Ji Hoon.
“Terima kasih. Semua penggemarku sungguh cantik.” balas Ji Hoon.
“Dia lelaki yang sungguh jujur.” ucap Ae Rin ke Da Jung.
Ponsel Ae Rin berbunyi. Ae Rin pun sedikit agak kesal mengenali siapa yang menelponnya.
“Ini bosku.” ucapnya pelan.
Ae Rin kemudian pamit pada mereka dan menjawab teleponnya.
Ji Hoon memuji Ae Rin selaku sobat yang menyenangkan. Gak cuma itu Ae Rin sih. Dia juga muji Da Jung cantik.
“Kau jujur, bukan?” tanya Da Jung.
“Tentu saja. Bibirku akan miring jikalau berbohong sekarang.” jawab Ji Hoon.
Abis itu, Ji Hoon malah memiringkan bibirnya. Da Jung tertawa melihatnya, kemudian mengaku bahwa ia sudah menyangka Ji Hoon akan melakukan itu.
Ji Hoon kemudian diberitahu pengawalnya kalau sudah waktunya program tandatangan. Ji Hoon mengiyakan, kemudian berpesan pada Da Jung agar Da Jung menikmati pestanya.
Ji Hoon lantas pergi.
Ditinggal Ji Hoon sama Ae Rin, Da Jung melihat-lihat sekelilingnya. Tiba-tiba ia menyaksikan Woo Young datang. Sontak lah Da Jung kaget.
“Kupikir ia tidak datang. Kenapa ia disini?” gumamnya. Da Jung kemudian kabur, menyingkir dari Woo Young. Woo Young heran Da Jung malah pergi.
“Apa ia tidak melihatku?” ucap Woo Young. Lalu Woo Young mengejar-ngejar Da Jung.
Da Jung terus menoleh ke belakang sambil berlari dan kian berlari di saat menyaksikan Woo Young mengejarnya.
Da Jung berlari hingga mendekati kolam renang. Karena terus menyaksikan ke belakang, Da Jung hingga menabrak seorang lelaki dengan kostum gladiator di depannya. Da Jung terkejut dan jatuh ke kolam.
Melihat itu, Ae Rin menjerit bilang kalau Da Jung gak sanggup berenang.
Woo Young yang tahu Da Jung gak sanggup berenang, eksklusif nyebur.
Begitu pula Ji Hoon di saat menyaksikan Da Jung kelelep.
Kecuali Deok Jin yang masang tampang heran sebab kolam renangnya dangkal.
Ji Hoon, Da Jung dan Woo Young pun jadinya sadar kalau kolam renangnya gak dalam.
Baik Ji Hoon mau pun Woo Young sama-sama tanya, apa Da Jung terluka.
Da Jung masih kaget, terlebih Woo Young ikut nyebur.
“Tidak, saya baik-baik saja.” ucapnya ke Ji Hoon.
Da Jung kemudian menyaksikan ke Woo Young.
“Ya.” ucapnya ke Woo Young.
Air secara tiba-tiba turun dari atas, seumpama hujan. Waktu seumpama melambat.
Da Jung memandang Ji Hoon dan Woo Young secara bergantian.
Woo Young dan Ji Hoon sama-sama mengeringkan diri di toilet.
“Katamu tidak akan datang. Tapi kamu di sini.”
Woo Young jutek, saya kemari bukan untuk menemanimu.
“Kalau begitu, kamu kemari untuk menemui Bu Jung?”
“Tentu saja…” Woo Young kesal, kemudian tanya, kenapa itu penting buat Ji Hoon.
Ji Hoon pun bilang sebab ia menggemari Da Jung.
“Jika kamu mengejarnya sebab kamu mengalami pubertas, kuharap kamu berhenti di sini.”
Woo Young tak peduli. Dia memakai bajunya dan bilang terserah.
Ji Hoon juga memakai bajunya.
Woo Young kemudian memandang Ji Hoon.
“Ye Ji Hoon-ssi, apa yang kamu lihat bukanlah segalanya. Pilih pasanganmu dengan hati-hati. Mengerti?”
Woo Young lantas menepuk pundak Ji Hoon, kemudian keluar dari toilet.
Da Jung juga sudah selesai ganti baju. Dia kemudian menyaksikan Si A tiba sama Bo Bae.
Bo Bae senang dan tidak percaya sanggup berjumpa eksklusif dengan Ji Hoon.
Da Jung mau mendekati mereka. Bersamaan dengan itu, Bo Bae menyaksikan Woo Young.
“Apa? Woo Young juga datang.” ucap Bo Bae.
Langkah Da Jung eksklusif berhenti.
Si A kaget, Woo Young?
“Astaga, saya benar. Dia menyukaimu menyaksikan ia mengikutimu ke sini.”
“Astaga, sudah kubilang tidak. Perusahaan ayahnya meluncurkan gim ini. Dia tiba untuk menemui ayahnya.”
“Jangan menyangkalnya. Sudah terang ia menyukaimu.”
Mereka kemudian menyaksikan Woo Young jalan ke arah mereka.
Si A minta Bo Bae menunggunya dan bergegas ke Woo Young.
Si A ngajak Woo Young bicara.
Begitu Si A dan Woo Young pergi, Da Jung mendekati Bo Bae.
“Begini, ini perihal apa yang gres saja kamu katakan. Benarkah itu?”
“Apa yang gres saja kukatakan?” Bo Bae kemudian mengingat apa yang gres saja ia katakan.
“Begitu rupanya. Woo Young menggemari Si A?”
“Ya. Apa Woo Young sungguh menggemari Si A?
“Ya. Dia menjaganya dengan baik di sekolah. Dia menjadikannya terlihat jelas.”
Da Jung kemudian ingat di saat di depan kantor polisi, Woo Young manggil ibunya dengan panggilan ‘ibu’. Nyonya Hong bilang, ia tahu Woo Young menggemari Si A namun itu terlalu cepat sebab mereka masih sekolah.
Da Jung pun jadi aib sendiri sebab menyangka yang digemari Woo Young bekerjsama Si A, bukan dia.
Sementara itu, Si A bilang ke Woo Young kalau ia akan berterus terang. Si A tanya, apa Woo Young suka padanya.
“Tentu saja.” jawab Woo Young.
Si A udah panic, namun selanjutnya Woo Young bilang kalau mereka teman.
“Teman?”
“Ya.”
Si A eksklusif senang, sudah kuduga. Sudah kuduga saya benar.
Si A kemudian berterima kasih. Dia bilang, Woo Young udah baik padanya di setiap kesempatan.
“Kurasa saya tidak sanggup punya sobat yang lebih baik darimu. Kalau begitu, kuharap kita sanggup berteman baik di sini. Aku juga akan berupaya menjadi sobat yang bagus untukmu.”
Woo Young senang mendengarnya.
“Si A jadinya menerimaku selaku temannya. Bukan sobat biasa, namun sobat baik.” batin Woo Young.
Ji Hoon masih sibuk ngasihin tandatangannya. Tiba lah giliran Si A dan Bo Bae. Si A senang Ji Hoon ingat namanya. Ji Hoon kemudian menyaksikan Si A tiba bawa teman.
Si A bilang, Ji Hoon ngasih ia dua tiket jadi ia mengajak temannya.
Mereka kemudian berfoto bareng pakai ponsel Si A.
Woo Young yang menyaksikan itu dari jauh, panas.
“Astaga. Aku tidak memahami argumentasi Si A sungguh menggemari bangsat itu.” gumam Woo Young, hingga gak sadar kalau Da Jung udah bangun di dekatnya.
Da Jung mendengar yang Woo Young barusan katakan.
Da Jung pun mulai bernapas lega sebab menyangka yang Woo Young suka merupakan Si A.
Da Jung kemudian memanggil Woo Young dan mengajaknya bicara.
Mereka bicara di atas. Da Jung minta maaf atas perilaku kasarnya tadi pagi ke Woo Young.
“Kau sudah mempertahankan Si A di saat ia sakit. Kau menolong Si Woo bermain basket. Setiap kali saya merasa sedih, kamu menenangkanku. Kau senantiasa baik kepadaku. Maafkan aku. Dan terima kasih.”
Woo Young kemudian tanya apa ia menyinggung Da Jung.
Da Jung bilang enggak dan menjelaskan, kalau setiap kali ia menyaksikan Woo Young ia ingat masa lalunya.
“Apa kamu membenciku sebab saya seumpama Paman Dae Young?”
“”Benci?” Tidak. Bagaimana bisa? Aku mesti minta maaf kepadanya.”
“Tidakkah kamu tidak suka Paman Hong Dae Young?”
“Tidak mungkin. Aku sanggup berterima kasih untuk banyak hal.”
Da Jung tiba-tiba merasa duka dan mengalihkan pandangannya. Lalu ia menyaksikan bulan di langit cuma separuh.
“Bulannya ada separuh.”
“Benar. Tepat separuh.”
“Sudah usang sejak saya menyaksikan bulan separuh. Kuharap separuhnya lagi baik-baik saja. Meski saya tidak sanggup melihatnya, Kuharap ia baik-baik saja.”
Mata Da Jung mulai berkaca-kaca.
Woo Young yang sudah tak tahan lagi, mendaratkan tangannya di tangan Da Jung. Da Jung menoleh dan Woo Young menciumnya. Sontak ia terkejut dicium Woo Young.
Bersambung……
EPILOG :
Deok Jin bangun di hadapan semua tamunya dan berterima kasih sebab sudah tiba ke program peluncuran Sparta.
Semua tamu tepuk tangan. Ae Rin bangun bersebelahan dengan Bu Ok. Dan dua staf Deok Jin bangun di sebelah Ae Rin.
“Acara hari ini berakhir. Tapi ada program yang sungguh istimewa. Aku akan menyatakan perasaanku terhadap seseorang di program ini. Seperti yang kalian tahu, saya penggemar berat gim. Dengan kata lain, saya penggemar yang sukses. Orang-orang di sekitarku sungguh mengkhawatirkanku sebab saya penggemar berat gim. Mereka ketakutan saya terlalu terjebak di duniaku sendiri dan tidak akan menyayangi siapa pun.”
Deok Jin kemudian memandang Bu Ok.
“Tapi kamu mengubahku.” ucap Deok Jin.
Bu Ok memandang Deok Jin dan terdiam.
“Aku sungguh tenteram tinggal di duniaku sendiri, namun berkat kau, saya sanggup masuk ke dunia yang lebih besar. Aku masih mesti banyak belajar, namun saya ingin berupaya untukmu. Kumohon berkencanlah denganku.
Deok Jin menaruh mic nya di lantai dan mengubahnya dengan sekota cincin. Dia berlutut dan memberikan cincin itu yang sudah terang buat Bu Ok.
Bu Ok mau maju namun dua staf Deok Jin malah menawan Ae Rin ke depan.
Deok Jin dan Ae Rin sama-sama kaget. Deok Jin tanya ngapain Ae Rin disana. Ae Rin juga risau kenapa ia disana. Bu Ok yang menyaksikan itu kesal dan beranjak pergi.
Deok Jin mengejar-ngejar Bu Ok. Ae Rin mengejar-ngejar Deok Jin.
Dua staf Deok Jin yang menyaksikan itu merasa mereka udah bikin kekacauan.
Deok Jin berhasil mengejar-ngejar Bu Ok. Bu Ok marah, menyangka Deok Jin mengundangnya mudah-mudahan ia sanggup menyaksikan Deok Jin nembak Ae Rin.
Ae Rin datang, dan menolong menjelaskan. Dia bilang ia sama Deok Jin udah temenan 20 tahun dan sudah seumpama saudara.
Bu Ok memandang Deok Jin. Ia tanya apa yang dikatakan Ae Rin benar.
Deok Jin mengiyakan, kemudian menampilkan cincinnya ke Bu Ok. Ia bilang di saat Bu Ok naik ke panggung, ia mau ngasih itu cincin ke Bu Ok.
“Sulit, namun kudapatkan dari kolektor. Ini Batu Realitas. Dr. Strange memiliki Batu Waktu. Batu Jiwa ada di Planet Vormir.” ucap Deok Jin.
Bu Ok meminta Deok Jin diam.
Ae Rin bingung, apa ini?
Bu Ok tersenyum, kemudian mengambil cincinnya dan menerawang cincin itu.
Saat itulah mereka menyaksikan Woo Young mencium Da Jung. Mereka kaget.
Da Jung marah. Dia mendorong Woo Young juga menamparnya.