Tentangsinopsis.com – Sinopsis 18 Again Episode 9 Part 1, Jika terpikat menyaksikan keseluruhan setiap episodenya cek eksklusif di goresan pena yang ini. Untuk Kalian yang ingin tau jalan kisah Episode sebelumnya baca di sini.
Episode sebelumnya, ditutup dengan Da Jung yang berjumpa Woo Young di depan ruang gedung olahraga.
Sebelum berjumpa Woo Young disana, ternyata Da Jung sempat menyaksikan pertarungan Serim selanjutnya. Melihat Woo Young di lapangan, Da Jung teringat Dae Young.
Woo Young : Kau mau pulang sekarang?
Da Jung pun terjaga dari rasa bapernya.
Da Jung : Ya.
Woo Young : Bukankah Si Woo fantastis hari ini? Dia meningkat hari demi hari.
Da Jung : Begitu rupanya.
Da Jung kemudian mengucapkan selamat pada Woo Young alasannya yaitu sudah mengungguli pertarungan hari itu.
Woo Young menyaksikan tali sepatu Da Jung lepas. Ia pun secepatnya mengikatnya.
Da Jung : Aku sanggup mengikatnya.
Woo Young : Aku sudah selesai. Aku mengikatnya dua kali mudah-mudahan tidak longgar.
Woo Young tersenyum memandang Da Jung.
Da Jung pun teringat Dae Young lagi. Saat Dae Young mengikat tali sepatunya.
Dae Young : Kudengar di saat tali sepatumu lepas, itu memiliki arti kamu sudah berjumpa jodohmu. Aku mengikatnya dua kali mudah-mudahan tidak longgar. Aku sudah selesai.
Dae Young memandang Da Jung.
Flashback end…
Sekarang, Woo Young memandang Da Jung. Sama seumpama waktu dulu. Lalu Woo Young bangun dan minta Da Jung waspada di jalan.
Da Jung mengiyakan, dengan wajah bingung. Woo Young kemudian pergi. Da Jung memandang kepergian Woo Young. Dia galau alasannya yaitu Woo Young kian hari semakim seumpama Dae Young.
-Ep 9, Hal-hal yang Kau Sadari Hanya Setelah Kehilangan Mereka-
Il Kwon mengundang Da Jung. Dia bilang, beliau senang Da Jung sanggup menonton pertarungan terakhir Si Woo.
Da Jung : Apa maksudmu? Kupikir tim melaju ke babak berikutnya.
Il Kwon : Timku maju ke babak berikutnya, namun pemain seumpama Si Woo cuma akan memainkan babak penyisihan ini. Pemain yang menampilkan rasa terima kasih mesti bermain di pertarungan penting.
Da Jung marah, kamu tidak aib menghadapi pemain yang melakukan pekerjaan keras?
Il Kwon tak peduli.
Il Kwon : Sebelum saya menegaskan susunanku untuk pertarungan berikutnya, konferensi orang renta dan guru akan diadakan lagi. Jika sikapmu begini, tidak ada yang perlu kita bahas.
Dia juga minta Da Jung menghubunginya kalau Da Jung berganti pikiran.
Di kantor, Da Jung dan Ki Tae sedang menonton info ‘Di Lokasi 25 Jam’ yang dipandu Ki Tae.
“Profesor Yoon dari Universitas K akan diinterogasi polisi atas tuduhan penganiayaan setelah episode pekan lalu. Nam Gi Tae, “Di Lokasi, 25 Jam” menanti kabar dari anda.”
Da Jung tanya ke Gi Tae, bisakah ‘Di Lokasi 25 Jam’ mengatasi topik seumpama suap untuk cobaan masuk universitas?
Gi Tae bilang, selama ada bukti dan saksi bisa.
Ae Rin ke kafe Il Kwon. Dia ingat, beliau mendengar pegawai kafe mengundang Il Kwon ‘bos’ walaupun di saat itu beliau tengah mabuk.
Untuk memastikannya, Ae Rin pun menemui pegawai bar.
“Meja untuk berapa orang?”
Ae Rin bilang beliau tiba untuk menemui pemilik bar.
Ae Rin : Apa beliau di dalam?
Si pegawai tanya, gimana Ae Rin sanggup kenal bos nya/
Ae Rin bilang beliau temennya Il Kwon.
“Begitu rupanya. Kurasa beliau tidak tiba hari ini. Kau ingin saya menghubunginya?”
“Tidak. Aku akan menghubunginya sendiri.”
Ae Rin pergi dan menelepon Da Jung.
Ae Rin : Sudah kuperiksa. Kurasa itu Choi Il Kwon. Akan kuselidiki lagi.
Da Jung : Baik. Terima kasih.
Kita ke orang renta salah satu siswa yang menemukan telepon, nampaknya dari Il Kwon.
“Baik. Aku akan secepatnya ke sana.” ucap lelaki itu. Pria itu kemudian mengundang istrinya, yeobo. Aku akan keluar sebentar.
Bersamaan dengan itu, anaknya pulang.
Pria itu menghampiri anaknya. Ternyata, beliau yaitu ayahnya Ki Yong. Ayah Ki Yong yaitu pemilik kedai makanan kecil.
Pak Bang tanya kapan pertarungan utama digelar.
Ki Yong : Jangan terlalu berharap. Jika daftar pemain utama berubah, mungkin saya tidak akan bermain.
Sang ayah kaget, kenapa daftar pemain utama berubah?
Ki Yong : Entahlah.
Sementara itu, Il Kwon menemui dua instruktur universitas di wilayah biasa mereka berkumpul.
“Choi Il Kwon. Selamat sudah mengirim anak-anakmu ke babak final.” ucap Pelatih Jung.
“Astaga, babak penentu Sekolah Menengan Atas bukan hal untuk dirayakan. Aku akan pindah ke liga kampus tahun depan, jadi, saya tidak terlampau terkesan.” jawab Il Kwon.
Pelatih Jung memberitahu, bahwa pihak kampus sudah menegaskan orang lain untuk posisi yang semula akan diisi Il Kwon.
Il Kwon kaget, apa?
Pelatih Jung : Kami tak punya pilihan. Kau tidak marah, bukan?
Il Kwon : Untuk apa saya marah?
“Jika posisi di Universitas Hankuk terbuka, saya akan menjadikanmu pelatih. Tetaplah di liga Sekolah Menengan Atas hingga di saat itu.” ucap instruktur satunya.
Il Kwon terpaksa menerimanya.
Lalu Pak Bang datang. Il Kwon mengenalkan dua instruktur pada Pak Bang.
Il Kwon bilang, itu yaitu instruktur yang hendak menolong Ki Yong nanti di kampus.
Pelatih Jung : Tentu saja. Kami akan memastikannya untuk lain kali.
Kedua instruktur pergi.
Il Kwon juga ikut pergi. Ternyata Pak Bang disuruh tiba cuma untuk mengeluarkan duit minuman mereka.
Il Kwon menyusul kedua pelatih. Dia bilang lain kali kedua instruktur mesti memberinya posisi bagus. Kedua instruktur mengetahui dan pergi.
Woo Young memandang mereka dari jauh.
Woo Young kemudian menelepon Il Kwon dan bermetamorfosis Dae Young.
Dae Young : Ini aku, Hong Dae Young.
Il Kwon : Apa? Hong Dae Young? Astaga. Kenapa kamu menelponku?
Dae Young : Choi Il Kwon. Aku mendengar semuanya.
Il Kwon : Benarkah? Lalu kenapa?
Dae Young : Bukankah mencari nafkah dengan mengajar basket yang kamu cintai sudah cukup? Kenapa mesti merampas duit dari anak-anak?
Il Kwon : Olahraga yang kucintai? Siapa? Aku? Selama Sekolah Menengan Atas dan kuliah, kuberikan puluhan ribu terhadap pelatihku untuk peluang bermain, namun saya senantiasa panik akan diusir.
Dae Young : Jika tahu perasaan itu, itu argumentasi tidak melakukannya. Kenapa kamu berupaya hidup seumpama mereka?
Il Kwon : Hei. Bukankah saya mesti menuai sebanyak yang kutabur, brengsek? Meski saya hidup mencari duit mudah-mudahan bawah umur bermain, bukankah saya hidup lebih baik darimu? Beraninya orang sebodoh dirimu menceramahiku.
Il Kwon lantas memutus panggilan Dae Young dan heran sendiri kenapa beliau sial begitu hari itu.
Il Kwon kemudian pergi. Dae Young yang sudah menjadi Woo Young lagi, memandang kesal Il Kwon.
Da Jung bangun di depan kedai makanan Pak Bang. Tak usang Pak Bang datang. Merasa tak kenal Da Jung, Pak Bang mau eksklusif masuk restorannya namun Da Jung memanggilnya.
“Kau ayah Bang Ki Yong?”
“Siapa kau?”
“Aku ibunya Si Woo. Aku pernah menelponmu. Kau bilang sibuk jadi saya mendatangimu.”
“Kami akan mengurus putra kami, jadi, jangan cemaskan kami.”
Pak Bang lantas masuk ke restonya.
Da Jung menghela nafas.
Lalu, pesan dari Deok Jin masuk. Deok Jin bilang beliau mau menghimpun orang renta tim basket hari sabtu malam untuk membahas Il Kwon dan tanya apa Da Jung sanggup datang.
Da Jung bilang beliau sanggup tiba namun apa siapa saja akan datang.
Deok Jin : Jangan khawatir. Ada cara untuk semuanya.
Deok Jin sendiri lagi sibuk makan egg drop di depan Woo Young dan Ae Rin.
Deok Jin : Apa yang kalian laksanakan dengan ponselku?
Woo Young dan Ae Rin tak menjawab. Ae Rin memberitahu Woo Young apa yang mesti Woo Young ketik di ponsel Deok Jin.
Ae Rin : Kaki tangan. Kau sanggup memasukkan kaki tangan. Berikutnya gugatan. Mengajukan gugatan.
Woo Young : Aku sudah mengirimkannya.
Pesan yang ditulis Woo Young, diterima oleh para orang renta anggota tim basket.
“Aku Go Deok Jin, ayah Go Woo Young, anggota tim basket. Aku ingin mengadakan konferensi orang renta darurat terkait korupsi Pelatih Choi Il Kwon. Sekadar informasi, kalau menentukan tidak menghadiri rapat kalian dianggap kaki tangan Pelatih Choi Il Kwon dan saya akan menuntut kalian dengan pengacara pribadiku. Kalau begitu, hingga jumpa Sabtu malam pukul 20.00 di gedung olahraga.”
Dua staf Deok Jin melalui di depan ruangan Deok Jin dan mendengar bunyi keras Deok Jin.
Deok Jin : Aku tidak akan pergi. Aku menolak! Kenapa saya mesti pergi ke konferensi orang tua?
Mereka mengintip dan menyaksikan Woo Young membujuk Deok Jin. Sementara Ae Rin duduk di sofa, sambil minum kopi.
Woo Young : Aku meminta bantuanmu. Nanti, saya akan membersihkan rumah, mencuci pakaian, memasak, dan mencuci piring.
Deok Jin : Lagi pula, memang itu yang sebaiknya kamu lakukan.
Woo Young : Benar. Tentu saja saya mesti melaksanakan itu.
Mendengar itu, kedua staf Deok Jin bertanya-tanya apa Deok Jin sungguh-sungguh orang tua.
“Apa putranya seorang pelayan?”
Woo Young juga mengatakan, kalau beliau akan memberi Deok Jin duit lebih untuk ongkos hidupnya.
Ae Rin : Apa beliau juga memberimu uang?
Deok Jin : Tentu saja. Dia mesti hidup gratis dariku? Memang saya dermawan?
Dua staf Deok Jin tambah salah paham. Mereka menduga Deok Jin mengambil duit dari murid SMA.
Deok Jin menolak menolong Woo Young.
Woo Young ngegas, hei! Dia membantuku, kenapa kamu tidak mau! Sejujurnya, beliau tak punya argumentasi untuk membantuku. Tapi kamu mesti membantuku.
Deok Jin : Kenapa?
Woo Young : Kau ayahku! Sial!
Deok Jin : Berandal. Aku disebut ayah cuma di saat kamu butuh sesuatu. Kau menganggapku lemah, Berengsek?
Woo Young : Aku ingin kamu bersikap seumpama ayahku, kenapa kamu memakiku?
Deok Jin : Itulah maksudku. Kenapa saya mesti bersikap seumpama ayahmu?
Woo Young : Sial. Pernahkah kamu bersikap seumpama ayah yang bagus kepadaku? Aku mengeluarkan duit ongkos hidup.
Deok Jin : Benarkah, brengsek? Bayar tagihan kalau begitu, Berandal. Bayar pajakku juga, Berengsek.
Woo Young : Sial. Aku tak punya duit untuk itu.
Deok Jin : Kau tahu kapan bayar pajak properti?
Woo Young : Apa?
Deok Jin : Tanggal ini.
Woo Young : Kalau begitu, taruh atas namaku, saya yang bayar.
Dua staf Deok Jin menutup pintu.
“Mereka berdua tidak normal.”
Deok Jin kekeuh gak mau pergi.
Tapi sekarang, Deok Jin sudah berada di gedung olahraga dan duduk di tengah-tengah para orang tua.
Para orang renta protes alasannya yaitu diminta tiba mendadak.
Deok Jin berdiri.
Deok Jin : Terima kasih sudah meluangkan diri dari jadwal kalian yang padat.
Pasti galau kan kenapa Deok Jin berganti pikiran. Jawabannya alasannya yaitu Bu Ok. Woo Young bilang, Bu Ok juga akan datang.
“Dia sungguh menimbang-nimbang para murid. Tapi bayangkan apa yang hendak terjadi kalau kamu memimpin orang renta mengakhiri masalah ini.” ucap Woo Young.
“Dia sudah niscaya akan jatuh cinta.” tambah Ae Rin.
Bu Ok bangun di depan pintu masuk bareng Woo Young.
Woo Young berterima kasih Bu Ok sudah mau datang.
Bu Ok : Tentu saja saya mesti berada di sini.
Deok Jin lantas memberitahu alasannya kenapa menghimpun para orang tua. Dia bilang, untuk menyingkirkan Il Kwon.
Deok Jin : Pada 18 tahun lalu, saya juga anggota tenar tim basket Sekolah Menengan Atas Serim. Putraku mencar ilmu bermain basket dariku jadi, beliau pemain yang hebat.
Bu Ok yang mendengar itu, mengajukan pertanyaan ke Woo Young, apa itu benar.
Woo Young mengiyakan dengan senyum terpaksa.
Deok Jin : Sejujurnya, ada seorang instruktur yang meminta duit 18 tahun lalu. Namun, orang tuaku tidak memberinya uang. Kenapa? Karena mereka yakin padaku. Itulah alasanku sanggup bangun di sini tanpa aib di depan kalian semua hari ini.
Pak Bang tanya, apa keterkaitannya semua itu dengan Il Kwon.
Deok Jin : Teman alumnusku, Choi Il Kwon, tidak senantiasa jahat. Tapi kamu tahu kapan beliau mulai bersikap seumpama ini?
Ternyata di saat SMA, Il Kwon memergoki ayahnya memberi duit pada pelatihnya mudah-mudahan beliau sanggup masuk ke dalam daftar pemain utama.
Tapi Deok Jin juga melihatnya. Il Kwon eksklusif mengancam Deok Jin. Dia bilang tidak akan membiarkan Deok Jin kalau hingga hal itu tersebar.
Deok Jin : Setelah hari itu, Choi Il Kwon mengambil duit dariku dan beliau mulai memukuliku. Kupikir beliau sudah sadar di saat menjadi guru, namun beliau masih mengambil duit dari orang-orang. Seperti yang dilaksanakan instruktur itu 18 tahun kemudian terhadap ayah Choi Il Kwon. Dia melaksanakan hal yang sama. Apa kita akan membesarkan bawah umur kita menjadi orang remaja yang jahat seumpama Choi Il Kwon?
Para orang renta mulai berdiskusi, kecuali Pak Goo. Mereka baiklah melaporkan Il Kwon, namun enggak dengan Pak Goo. Pak Goo bilang kalau mereka melaporkan Il Kwon, maka mereka juga akan dihukum.
Pak Goo : Itu juga akan menghantui bawah umur kita selamanya. Kenapa mesti merusak masa depan mereka?
Pak Bang juga baiklah dengan Pak Goo.
Para orang renta lain juga mulai baiklah dengan Pak Goo.
Disaat seumpama itu, Da Jung angkat bicara.
Da Jung : Ada yang sanggup bangun tegak di depan bawah umur kalian? Adakah seseorang yang menginformasikan anak mereka bahwa mereka mengeluarkan duit instruktur mudah-mudahan mereka sanggup kuliah?
Semua terdiam.
Da Jung : Kita mungkin bukan orang renta yang menghasilkan bawah umur merasa besar hati namun bukan memiliki arti mesti menjadi orang renta memalukan.
Pak Goo eksklusif teringat kata-kata Ja Sung setelah Ja Sung memergokinya memberi duit pada Il Kwon.
Ja Sung bilang, beliau aib pada ayahnya.
Da Jung : Basket yaitu cita-cita semua anak kita. Jika mereka tahu mimpi mereka terwujud dengan melanggar hukum, bagaimana perasaan mereka? Daripada kecewa dengan orang renta mereka, mereka lebih mungkin menyalahkan diri sendiri. Mereka menyalahkan diri sendiri alasannya yaitu tidak cukup baik hingga orang renta mereka mesti melaksanakan kejahatan.
Orang renta siswa lain berseru. Dia bilang, dalam waktu dekat akan ada pertarungan penting.
Pak Bang setuju. Dia bilang, kalau masalah ini hingga diselidiki kementerian pendidikan, akan berantakan semuanya.
Para orang renta mulai berdebat.
“Apa kita mau menyerah?”
“Jangan begitu!”
“Benar sekali.”
Da Jung jadinya menyampaikan solusi.
Da Jung : Menurut penelitianku, Pak Choi mengurus bar. Aku akan melaporkannya pada kegiatan info terkini. Jika masalah ini membesar, mereka mungkin akan mempercepat penyelidikan.
Di kantor, Da Jung menemukan dokumen melalui fax dan eksklusif minta Ki Tae memeriksanya.
Ternyata itu yaitu catatan transaksi keuangan dan disana tertulis nama Il Kwon selaku peserta dana.
Ki Tae : Apa ini benar?
Da Jung : Apa ini sanggup menjadi bukti?
Ki Tae : Ini cukup untuk secepatnya mengawali penyelidikan.
Malamnya, Ki Tae dan dua rekannya mewawancarai Pelatih Jung.
Ki Tae : Kau Pelatih Jung, bukan? Ada laporan kamu menemukan suap registrasi siswa ke Universitas Hankuk. Bisakah kami mewawancaraimu?
Pelatih Jung menyangkal. Dia bilang tak melaksanakan itu dan tergesa-gesa masuk ke mobil.
Il Kwon sendiri gres saja tiba di parkiran barnya. Dia turun dari kendaraan beroda empat sambil bicara dengan pegawainya di telpon.
“Kenapa ada polisi?” tanya Il Kwon. Pegawainya tak tahu dan memerintahkan Il Kwon cepat datang.
Pelatih Jung menelepon Il Kwon.
Pelatih Jung : Apa yang kamu lakukan! JBC tiba ke sekolahku untuk menyelediki atas permintaan korup!
Il Kwon kaget, apa? JBC?
Il Kwon tergesa-gesa ke barnya dan menyaksikan Ae Rin bareng dua polisi. Dia juga mendengar Ae Rin bicara dengan Da Jung di telepon.
Ae Rin : Da Jung-ah, seumpama katamu, kafe ini milik Choi Il Kwon. Pekerja paruh waktu memastikannya.
Il Kwon pun kesal mendengarnya, sial! Jung Da Jung!
Il Kwon kemudian pergi.
Di mobilnya, Il Kwon memukul-mukul setirnya. Dia marah, perempuan itu!
Lalu Da Jung mengiriminya pesan.
Da Jung : Temui saya di gedung olahraga. Aku memberimu peluang terakhir.
Il Kwon : Kesempatan terakhir? Baik. Itu yang kuberikan padamu.
Da Jung menanti Il Kwon di gedung olahraga. Sendirian. Tak lama, Il Kwon datang.
Begitu datang, Il Kwon eksklusif mengambil tas Da Jung dan membongkar semua isinya ke lantai.
Il Kwon kemudian mengambil ponsel Da Jung.
Da Jung : Aku tidak merekammu.
Il Kwon jadinya bertanya, peluang terakhir apa yang mau Da Jung berikan padanya.
Da Jung : Pekerja paruh waktumu sudah bersaksi untuk kami. Barmu akan digeledah dan disita atas operasi ilegal. Maka itu akan mengekspos tindak menemukan suap dari orang renta dan mengeluarkan duit para instruktur universitas. Serahkan dirimu sebelum terlambat.
Il Kwon : Kau sungguh berupaya keras. Tapi kamu tahu, kafe itu milik kakakku. Meski kamu melaporkanku, kamu tidak sanggup menangkapku.
Da Jung : Mungkin saja kalau para orang renta bersaksi.
Il Kwon : Kau serius? Aku membiarkan bawah umur mereka bermain basket. Siapa yang hendak berpaling dari guru sehebat itu?
Da Jung : Kau menyebut dirimu guru di saat menemukan suap mudah-mudahan anak bermain di pertarungan dan kuliah?
Il Kwon : Kapan saya pernah prospektif itu? Mereka tidak percayai bawah umur mereka, jadi, mereka terus mendatangiku. Maka kuambil duit mereka dan menghibur mereka, berkata anak mereka sanggup kuliah. Mereka mungkin senang membayangkan bawah umur di kampus. Imbalan yang sepadan, bukan?
Da Jung : Bagaimana sanggup orang sepertimu menjadi guru?
Il Kwon : Berani sekali kamu mengajari seorang guru. Sudah kubilang. Aku tidak akan jatuh sendiri. Jika hal buruk terjadi kepadaku, saya juga akan bilang bahwa saya mendapat duit darimu. Kau pikir sanggup menjaga pekerjaanmu selaku pembaca berita?
Da Jung : Aku tidak pernah membayarmu.
Il Kwon : Benarkah? Mari kita lihat. Mungkin sanggup kukatakan saya sanggup yang lain.
Da Jung : Choi Il Kwon. Kau melalaikan peluang terakhirmu.
Il Kwon : Kau sungguh menyebalkan. Memangnya kamu siapa sanggup memberiku kesempatan?
Il Kwon merangsek maju, mau menghantam Da Jung. Tapi seseorang tiba-tiba datang. Siapakah dia??
Bersambung ke part 2…